SEKALI MENGOLAH SAMPAH,
BERAGAM MANFAAT DIRAIH: PERSOALAN SAMPAH PERKOTAAN TERATASI, LINGKUNGAN SEGAR,
DAN MEMPEROLEH SUMBER NUTRISI.
Sukamto Hadisuwito mengerti betul
sengsaranya hidup di lokasi pembuangan sampah. Angin menerbangkan bau busuk ke rumahnya
yang berjarak 7 meter dari lokasi pembuangan sampah di Cempakabaru, Jakarta
Pusat. Lalat beterbangan di atas sampah yang menggunung dan acap kali mendekati
rumahnya. Persoalan serupa tentu saja dihadapi oleh banyak orang. Maklum di
kota-kota besar terdapat pembuangan sampah sementara sebelum diberangkatkan ke
tempat pembuangan akhir.
Kondisi itulah yang mendorong
Sukamto merakit alat pengolah sampah. Alat itu berupa tong plastik sebagai
komposter mini atau tempat pengomposan sampah. Dengan peranti itu ia
mengomposkan sendiri sampah organik sehingga tak membuang sampah. Menurut I N
yoman Pugeg Aryantha, ahli mikrobiologi dari Institut Teknologi Bandung,
idealnya sampah rumahtangga memang diolah menjadi pupuk organik.
Ventilasi
Sukamto membuat lubang berdiamater 4
cm di kedua sisi atas tong plastik, kira-kira 10-15 cm dari atas tong
berkapasitas 60 liter. Sebuah lubang di bagian bawah, sekitar 10 cm di atas
dasar tong. Ia menambahkan instalasi pipa polivinilchlorida (PVC) di dalam
tong. Pipa-pipa itu ia lubangi untuk mengalirkan udara dari dan keluar tong.
Persis ventilasi di sebuah rumah. Dengan sirkulasi udara yang bagus, maka suhu
dalam komposter selama pengomposan tidak terlalu panas. Bila suhu stabil
mikroba pengurai bahan organik bertahan hidup (lihat boks: Pabrik Mini).
Dengan komposter mini Sukamto
mengolah sampah organik menjadi pupuk cair. Mula-mula ia memisahkan antara
sampah anorganik dan organik seperti potongan sayuran dan buah serta sisa
makanan. Alumnus Organization for Industrial Spiritual and Cultural
Advancement (OISCA), Jepang, itu memotong-motong sampah organik berukuran
besar untuk mempercepat proses penguraian. Sukamto kemudian menyemprotkan
mikroba bioaktivator di sampah itu. Di pasaran banyak beredar bioaktivator
seperti Boisca, EM4, dan Promi. Setelah mengaduk rata, barulah ia memasukkan
sampah ke dalam tong.
Sampah itu menjalani proses
fermentasi selama 2 pekan. Setiap 2 hari atau saat menambahkan bahan organik
baru, sampah dalam tong diaduk agar penguraian berlangsung optimal. Sampah yang
semula di permukaan, ia balik ke bagian bawah dan sebaliknya. Dua pekan
berselang ia memanen perdana pupuk organik cair. Setelah itu, setiap hari ia
memanen pupuk karena setiap hari pula ia menambahkan sampah ke dalam tong.
Bentuk pupuk cair berupa lindi alias
cairan berwarna cokelat kehitaman. Untuk mengeluarkan pupuk cair, ia tinggal
memutar kran dan menampung cairan di dalam botol. Pupuk organik cair itulah
yang dimanfaatkan oleh Sukamto untuk memenuhi kebutuhan beragam tanaman seperti
mangga, sansevieria, dan palem. Sebelum disiramkan ke tanaman, pupuk organik
cair itu diencerkan dengan perbandingan 1:5. Artinya 1 liter pupuk cair perlu
penambahan 5 liter air bersih.
Menyebar
Teknologi pengolahan sampah itu
kemudian disebarluaskan ke masyarakat. Hingga kini ratusan komposter mini
bikinan Sukamto digunakan oleh warga di Cempakabaru, Jakarta Pusat. Akibatnya
sampah tak lagi menggunung di dekat rumah Sukamto. Lahan 700 m2 itu
kini tampak asri dan hijau. 'Rata-rata setiap hari satu keluarga menghasilkan 2
kg sampah organik. Bila setiap hari sampah itu dikumpulkan dan difermentasi
selama 2 pekan dapat menghasilkan sekitar 50 liter kompos cair,' kata pria
kelahiran 27 November 1950 itu.
Djadjuli Sadikin, pekebun di
Pasirangin, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengatakan
pengomposan bahan organik menjadi pupuk bermanfaat dalam mengatasi kelangkaan
pupuk kimia. Ia juga mengomposkan beragam bahan organik, seperti sisa-sisa
makanan, daun bambu, batang pisang, dan lumpur dari dasar kolam. Hasil
pengomposan itu digunakan untuk memupuk 20 jenis sayuran yang ia budidayakan
seperti caisim, terung, labu siam, selada, kangkung, bayam jepang, dan cabai.
Menurut Dr Toto Himawan dari
Universitas Brawijaya, pupuk organik dibuat dari bahan organik seperti tanaman
dan kotoran ternak yang telah dikomposkan. Standar pupuk organik harus memiliki
C organik 12% dan N organik sangat rendah, kurang dari 20%. Dengan komposter
mini, Sukamto mampu memenuhi standar itu. 'Adanya isu untuk memanfaatkan sumber
yang ramah lingkungan mendongkrak popularitas pupuk organik untuk menghasilkan
tanaman organik yang ramah lingkungan,' kata Himawan.
Langkah Sukamto mengolah sampah
menjadi pupuk organik cair bukan hanya menjamin ketersediaan nutrisi bagi
tanaman. Namun, ia juga membantu pemerintah mengatasi persoalan sampah. Menurut
Dinas Kebersihan DKI Jakarta produksi sampah di DKI Jakarta mencapai 26.945 m3
per hari. Dari jumlah itu setengahnya berupa sampah organik. Bila sampah
organik bisa diolah menjadi kompos atau pupuk cair, maka hampir separuh sampah
kota Jakarta teratasi.
Untuk urusan sampah, Jakarta
mengeluarkan biaya minimal Rp32-miliar. Jakarta membayar Rp103.000 per ton
sampah yang dibuang ke Bantargebang, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Padahal, Jakarta menghasilkan 6.000 ton sampah sehari. Langkah Sukamto membantu
mengurangi besarnya biaya pengelolaan sampah yang ditanggung pemerintah. (Ari
Chaidir)
Sabtu, 26 November 2011
Beternak
itik intensif
Begitu Musiran (54) masuk kandang,
itik-itik itu langsung berhamburan menghampirinya. Dengan cekatan, puluhan itik
langsung mencocor makanan yang dibawa sang majikan. Setelah kenyang, mereka
menyingkir dan Musiran langsung membawa ember makanan itu keluar kandang.
Itulah aktivitas rutin Musiran,
warga Dusun Bogoran, Trirenggo, Bantul. Tiga puluh tahun sudah ia
membudidayakan itik untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jumlah itik yang ia
kembangkan sudah mencapai 1.110 ekor.
Pengembangan itik diarahkan untuk dua
hal, produksi telur dan bibit. Untuk telur, peternak menjual dengan sistem
butiran. Tiap butir dihargai Rp 1.100. Untuk bibit, ia jual Rp 3.500 per ekor.
"Bibit adalah itik yang baru saja menetas. Pembeli bisa membeli bibit saat
masih berwujud telur dengan harga Rp 1.200 per butir," katanya, Senin
(10/11).
Dalam sehari, jumlah telur yang
terkumpul mencapai 660 butir atau setara Rp 726.000. Dari jumlah itu, Musiran
harus menyisihkan sekitar Rp 500.000 untuk biaya pakan. Jadi, keuntungan bersih
dari telur itik mencapai Rp 226.000 per hari. Untuk pakan, Musiran menghabiskan
190 kilogram konsentrat yang dicampur katul dan nasi aking.
Di Bogoran ada 25 warga yang
mengembangkan usaha serupa. Mereka tergabung dalam Kelompok Ternak Itik Gurun
Sahara. Jumlah populasi total itik mereka mencapai 3.000 ekor. Guna menjaga
lingkungan supaya tidak kotor dan berbau, mereka mengandangkan itik secara
berkelompok.
Ada enam kandang yang tersedia.
Kandang itu berlokasi di sekitar sungai kecil. Tujuannya agar perkembangan itik
lebih maksimal. "Itik paling suka berada di sungai. Makanya, lokasi
kandang sengaja kami pilih berdekatan dengan sungai," kata Suhardi (40),
peternak yang mengembangkan 200 ekor itik.
Ribuan itik itu tentu membutuhkan
sistem keamanan yang memadai. Para peternak menerapkan sistem ronda bergiliran.
Ronda terbukti efektif menjaga keamanan. "Selama ini belum ada kasus
pencurian karena ronda rutin tiap malam," ujar Suhardi.
Awalnya budidaya itik hanya digeluti
1-2 orang. Setelah usaha terbukti mendatangkan hasil, warga lain tertarik.
Mereka mengembangkan usaha tersebut secara serius. Tak hanya sebagai usaha
sampingan, budidaya itik sudah menjadi sumber penghasilan pokok warga.
"Baru sekitar setengah tahun ini saya mengembangkan itik dan ternyata
hasilnya lumayan," kata Suparno, yang memiliki 450 ekor itik.
Suparno adalah pegawai negeri sipil
(PNS) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul. Ia mengaku hasil beternak
itik melebihi penghasilan sebagai PNS. "Saya memutuskan ikut beternak
karena melihat banyak peternak yang sukses," tuturnya.
Telur dan bibit itik produksi Dusun
Bogoran biasanya diambil para pedagang dari luar kota seperti Purworejo dan
Kutoarjo, Jawa Tengah. Mereka tak pernah khawatir dengan permintaan pasar
karena selama ini produksi mereka selalu terserap. Untuk itik yang dewasa atau
sudah memasuki usia nonproduktif, peternak juga tak khawatir karena sejumlah
pedagang bebek goreng menantinya.
Sekarang peternak justru khawatir
ketika isu flu burung mencuat. Isu itu membuat permintaan telur dan daging
drop. "Kami berharap flu burung sudah mereda karena kami juga sudah aktif
memberi vaksinasi," katanya.
Berdasarkan data Dinas Peternakan
Kelautan dan Perikanan Bantul, pencapaian kegiatan vaksinasi unggas di Bantul
tahun ini baru mencapai 52 persen. Dari total populasi unggas 580.000 ekor,
baru 304.000 ekor yang divaksinasi. Kenyataan ini seharusnya menjadi perhatian
banyak pihak. Jangan sampai flu burung mewabah lagi....
Itik dikenal juga dengan istilah
Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik
liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia
hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus
(ternak itik).
Secara internasional ternak itik
terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina,
Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis).
Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal,
Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali
serta Lombok.
Klasifikasi (penggolongan) itik,
menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
Itik petelur seperti Indian
Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
Itik pedaging seperti Peking,
Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
Itik ornamental (itik
kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue
Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan,
khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki
campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik
petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak)
Ciawi, Bogor.
MANFAAT
BUDIDAYA ITIK
Untuk usaha ekonomi kerakyatan
mandiri.
Untuk mendapatkan telur itik
konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
Kotorannya bisa sebagai pupuk
tanaman pangan/palawija.
Sebagai pengisi kegiatan dimasa
pensiun.
Untuk mencerdaskan bangsa
melalui penyediaan gizi masyarakat.
PERSYARATAN
LOKASI
Mengenai lokasi kandang yang perlu
diperhatikan adalah: letak lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk,
mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan
kondisi lingkungan kandang, mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun
produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam
beberapa periode produksi.
PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum seorang peternak memulai
usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam hal pemahaman tentang
pancausaha beternak yaitu: (1). Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan
Ternak; (4). Tata Laksana dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Persyaratan temperatur kandang
± 39 ° C.
Kelembaban kandang berkisar
antara 60-65%
Penerangan kandang diberikan
untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan
fungsi bagian-bagian kandang
Model kandang ada 3 (tiga)
jenis yaitu:
kandang untuk anak itik (DOD)
oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m 2
mampu menampung 50 ekor DOD
kandang Brower (untuk itik
remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100
ekor perkelompok
kandang layar ( untuk itik
masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor
dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan
ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau
untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
Kondisi kandang dan
perlengkapannya
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana
asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat
minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif
dalam managemen
Pembibitan
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang
telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.
Pemilihan bibit dan calon
induk
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik
adalah sebagai berikut :
membeli telur tetas dari
induk itik yang dijamin keunggulannya
memelihara induk itik yaitu
pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian
meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
membeli DOD (Day Old Duck)
dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat
rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah
tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
Perawatan bibit dan calon
induk
Perawatan Bibit
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani
secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai
berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan)
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik
tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m² mampu
menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan
ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan
minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.
Perawatan calon Induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi
dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja,
perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada
pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.
Reproduksi dan Perkawinan
Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur
tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem
perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang
dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).
Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan
Preventif
Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan
preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk
mewaspadai timbulnya penyakit.
Pengontrol Penyakit
Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan
tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur
0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27
minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara
praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi pakan tersebut
terbagi dalam empat kelompok yaitu:
umur 0-16 hari diberikan pada
tempat pakan datar (tray feeder)
umur 16-21 hari diberikan
dengan tray feeder dan sebaran dilantai
umur 21 hari samapai 18
minggu disebar dilantai.
umur 18 minggu–72 minggu, ada
dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan
memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%.
Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).
Dalam
hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baik tempat
ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul,
tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen.
Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :
umur 0-7 hari, untuk 3 hari
pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya asam seperti
untuk anak ayam.
umur 7-28 hari, tempat minum
dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad libitum (terus
menerus)
umur 28 hari-afkir, tempat
minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm dan
tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.
Pemeliharaan Kandang
Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar
produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.
HAMA DAN
PENYAKIT
Secara garis besar penyakit itik
dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
Penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa
Penyakit yang disebabkan oleh
defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa
terjangkit pada itik adalah:
Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri Pasteurela avicida.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang, pengobatan dengan suntikan penisilin pada
urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui
pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air
minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
PANEN
Hasil Utama
Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik
Hasil Tambahan
Hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan
kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga
PASCAPANEN
Kegiatan pascapanen yang bias
dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik
akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak
diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan
pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan
pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:
Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling
sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
Pengawetan telur dengan daun
jambu biji
Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur
selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna
menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
Pengawetan telur dengan minyak
kelapa
Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna
kulit telur dan rasanya tidak berubah.
Pengawetan telur dengan natrium
silikat
Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna,
jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur
sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah
dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.
Pengawetan telur dengan garam
dapur
Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25-40%
selama 3 minggu.
ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya itik di Semarang tahun 1999 adalah sebagai
berikut:.
Permodalan
Modal kerja
Anak itik siap telur um 6 bl
36 paketx500 ek x Rp 6.000 ====== Rp 108.000.000,-
Biaya kelancaran usaha dan
lain-lain ==================== Rp 4.000.000,-
Modal Investasi
Kebutuhan kandang 36 paket x
Rp 500.000,- ============= Rp 18.000.000,-
Jumlah kebutuhan modal : Rp 130.000.000,-
Prasyaratan kredit yang dikehendaki:
Bunga (menurun) 20% /tahun
Masa tanggung angsuran 1
tahun
Lama kredit 3 tahun
Biaya-biaya
Biaya kelancaran usaha dan
lain-lain ======================= Rp 4.000.000,-
Biaya tetap
Biaya pengambalian kredit:
Biaya pengambalian angsuran
dan bunga tahun I ============ Rp 14.723.000,-
Biaya pengambalian angsuran
dan bunga tahun II =========== Rp 86.125.000,-
Biaya pengambalian angsuran
dan bunga tahun III ========== Rp 73.125.000,-
Biaya penyusutan kandang:
biaya penyusutan kandang
tahun I ================== Rp 3.600.000,-
biaya penyusutan kandang
tahun II ================== Rp 3.600.000,-
biaya penyusutan kandang
tahun III ================= Rp 3.600.000,-
Biaya tidak tetap
Biaya pembayaran ransum:
biaya ransum tahun I
============================== Rp 245.700.000,-
biaya ransum tahun II
============================== Rp 453.600.000,-
biaya ransum tahun III
============================= Rp 453.600.000,-
Biaya pembayaran itik siap
produksi:
pembayaran tahun I
=============================== Rp 108.000.000,-
pembayaran tahun II -
pembayaran tahun III -
Biaya pembayaran obat-obatan:
biaya pembayaran obat-obatan
tahun I ================== Rp 2.457.000,-
biaya pembayaran obat-obatan
tahun II ================= Rp 4.536.000,-
biaya pembayaran obat-obatan
tahun III ================= Rp 4.436.000,-
( Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum)
Pendapatan
Penjualan telur tahun I
================================ Rp 384.749.920,-
Penjualan telur tahun II
=============================== Rp 615.600.000,-
Penjualan telur tahun III
=============================== Rp 615.600.000,-
Penjualan itik culling 2 x
1.425 x Rp 2.000,- ================= Rp 5.700.000,-
Gambaran Peluang Agribisnis
Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan
keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional
sangat besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini
dapat dilihat bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi
negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan
komoditi yang menjanjikan untuk dikembangkan secara intensif.
Usaha ternak itik bagi masyarakat
dipedesaan merupakan salah satu mata pencaharian untuk meningkatkan pendapatan
rumah tangga. Pada umumnya itik dipelihara secara tradisional (ekstensif)
dengan pengembalaan di lahan sawah atau rawa. Dengan semakin intensifnya pola
tanam lahan sawah serta banyaknya bahan kimia yang digunakan, maka ketersediaan
pakan itik secara alami menjadi berkurang termasuk kematian akibat keracunan
pestisida. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui
budidaya semi-intensif atau intensif. Pemeliharaan itik dengan sistem tersebut
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : produktivitas telur lebih tinggi,
kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin, biaya pemeliharaan lebih efisien
serta menghemat tenaga. Beberapa bangsa itik lokal yang sudah dikenal
masyarakat dan mempunyai ciri tersendiri diberi nama sesuai daerah asalnya
seperti itik Mojosari, Alabio, Tegal, Cirebon dan Magelang. Di daerah Banten,
salah satu jenis itik lokal yang cukup dikenal dan banyak diusahakan masyarakat
sebagai petelur adalah itik Damiaking. Warna bulu itik jenis ini seperti jerami
padi kering, warna kaki dan paruh hitam, sedangkan bobot badan betina dewasa
berkisar antara 1,5 – 2,2 kg.
DESKRIPSI TEKNOLOGI
Pada usaha skala rumah tangga,
kandang itik dibangun sistem pekarangan, yaitu kombinasi pemeliharaan
sistem terkurung dan sistem lepas. Kandang dibuat dari bahan yang tersedia
disekitar lokasi dan harganya murah serta memenuhi syarat : memberikan
kenyamanan dan kesehatan ternak serta tidak menggangu peternak.
Budidaya dilakukan secara
semi-intensif dengan skala kepemilikan 100 ekor (kisaran 50 – 150 ekor).
Itik yang digunakan adalah stadia siap telur (grower) umur 4 – 5 bulan,
sedangkan perbandingan betina dan jantan adalah 30 : 1.
Pakan berupa dedak halus,
konsentrat dan keong mas atau dedak halus, konsentrat dan ikan rucah
segar.
Pada daerah pedalaman,
kombinasi pakan yang dianjurkan adalah dedak halus, konsentrat dan keong
mas, sedangkan pada daerah dekat pantai/laut adalah dedak halus,
konsentrat dan ikan rucah segar.
Di dekat kandang tersedia
saluran air untuk membersihkan bulu dan mempertahankan suhu tubuh
KEUNGGULAN
INOVASI
Usaha ternak itik skala rumah tangga dengan budidaya semi-intensif memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya : produktivitas telur lebih tinggi dibanding
teknologi ekstensif yang biasa diterapkan peternak, produktivitas bulanan
berkisar antara 41,5 – 76,1 % (rataan 54,6 %) atau setara dengan 160 – 165
butir/ekor/tahun, pemanfaatan keong mas (hama padi) sebagai pakan dapat
diperoleh dari sawah serta membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi
masyarakat. Selain itu, usaha tersebut juga merupakan salah satu upaya
penanggulangan kemiskinan di pedesaan.
PENERAPAN INOVASI
Pemeliharaan itik skala rumah
tangga dilakukan dengan dua metoda. Pada musim tanam padi dilakukan
secara terkurung, dan pada musim panen diumbar pada lahan sawah.
Kandang dibuat berukuran 8 m x
7,5 m (luas 60 m2), dimana 1/3 bagian (8 m x 2,5 m) tertutup dan beratap
untuk itik tidur dan bertelur, sedangkan 2/3 bagian lagi (8 m x 5 m)
terbuka sebagai halaman untuk itik makan, minum dan bermain pada siang
hari.
Lantai kandang berupa tanah
yang diberi alas sekam atau jerami padi untuk menyerap air dan kotoran
dengan ketebalan sekitar 5 cm.
Pada usaha skala rumah tangga
dengan kepemilikan itik sebanyak 100 ekor dibutuhkan pakan dedak halus
sebanyak 7,5 – 10,0 kg/hari, konsentrat 1,5 – 2,0 kg/hari dan keong mas 20
– 25 kg/hari (atau diganti dengan ikan rucah segar).
Pada musim tanam (pemeliharaan
terkurung), pakan diberikan sebanyak 4 kali/hari yaitu berupa dedak halus
dicampur konsentrat sebanyak 2 kali/hari (pukul 07.00 dan 17.00 WIB) dan
keong mas sebanyak 2 kali/hari (pukul 11.00 dan 15.00 WIB), sedangkan pada
musim panen pemberian pakan hanya diberikan 1 kali/hari yaitu berupa dedak
halus (pukul 17.00 WIB). (fn/in/km/dp) www.suaramedia.com
Senin, 14 November 2011
BERTANAM
CABE
Apa kegiatan teman-teman untuk
mengisi waktu-waktu senggang? Nonton TV kah? Dengerin musik kah? Baca komik
kah? Main basket atau futsal kah? Pacaran kah? atawa memasak? atawa berkebun?
hemm…mungkin memasak atau berkebun ga bakal jadi pilihan, karena buat anak-anak
muda (kebanyakan) merasa “this’s not an option for youth!”.
Puasa kemarin, melewati weekend
di rumah terasa lebih lama karena ga ada kegiatan seperti dikantor. Puasa jadi
terasa lebih lama, laper nya jadi makin kedengeran. Pas lagi duduk-duduk di
teras rumah dengan maksud ngabuburit melewati sore sambil ngeliat orang lalu
lalang, gw ngeliat ada 3 tumpukan karung tanah media tanam siap pakai di
samping teras rumah. Selidik punya selidik, ternyata nyokap gw beli buat
tanaman antorium nya. Suddenly, an idea bulb rise from my head, gimana kalo
iseng-iseng becocok tanam alias berkebun. Tapi gw ga mau ngerawat tanaman macam
antorium kaya nyokap, karena ga keren cuman diliat-dipandang-dikagumi, ga bisa
di makan (hehehe), ga enak. Pilihan tanaman harus yang oke, hemmm…berhubung gw chiliholic
maka cabe menjadi pilihan gw, rawit! Lagipula nyokap gw sering ngeluh dengan
borosnya konsumsi cabe dirumah dan harga cabe yang sering naik ga kira-kira.
Tantangan baru dimulai…
Mengatur rencana dulu, pertama,
minta ijin minta nyokap karena mau “ngerampok tanah media tanam nya. Lalu besok
siangnya di kantor gw googling tentang menanam cabe di pekarangan rumah,
tips dan trik nya. Ternyata ga banyak yang gw dapet, tapi cukup lah buat newcomerfarmer kaya gw [ ].
Media tanam udah punya, sekarang
tinggal nyari wadah nya. Pikir gw,”kalo harus beli pot, berarti harus ngeluarin
duit, pake apa ya… oh ya, ada bekas botol plastik air oxy, keluarin keringet
sedikit, tapi ga keluar modal.” [pengiritan sejati!! ]. Selesai! gw bisa bikin 15 pot alakadar, cukup buat
percobaan tanam pertama. Lalu, masukkan tanah media tanam secukupnya. Modal
yang gw keluarkan untuk beli bibit cabe rawit “embun” di toko tanaman dekat
rumah seharga Rp 12.000,- dengan berat bersih isi 10 gr.
Lalu, ga sampai seperempat isi bibit
cabe gw rendam di air hangat selama kurang lebih 8 jam. Dan sesuai dengan
artikel yang gw dapet di internet, media tanam akan baik jika disiram dengan
air dingin dari kulkas karena akan mencegah tumbuhnya jamur dan mikroba yang
akan merusak tanaman. Minggu pagi tanggal 14 September gw mulai merendam bibit
cabe dan menyiram media tanam dengan air dingin. Dan pada malam harinya, bibit
gw tanam di tanam media tanam, satu pot di isi sekitar 3 sampai 5 bibit.
Kata artikel, bibit yang tumbuh baru
bisa dipindahkan ke masing-masing polibag di hari ke 14. Berarti gw tinggal
menunggu. Tiap pulang kerja, langsung gw lari buat ngeliat cabe gw karena
penasaran; hari pertama nihil, hari kedua nihil, hari ketiga masih belum ada
tanda-tanda perubahan, hari keempat dan kelima juga nihil. Mulai bingung gw, ko
sampai hari ke enam masih ga ada perubahan. Apa yang salah dari proses
penanaman yang gw kerjakan. Atau apakah tangan gw ga cocok jadi petani. Tapi,
minggu pagi dihari ke tujuh ternyata beberapa bibit cabe sudah mulai
mengeluarkan sulur akar. Berarti cabe gw tumbuh!.
cabe umur 7 hari
cabe umur 10 hari
Setelah hari itu, mulai banyak yang
tumbuh dan mulai kebingungan jumlah pot yang sangat terbatas. Eh, nyokap gw
ternyata juga punya simpanan polibag, berarti masalah kembali terselesaikan.
Berhubung jakarta panasnya bukan main, maka gw harus memastikannya tiap pagi
dan malam sepulang kerja, gw siram semua tanaman. Jangan sampai tanaman cabe
muda ini mengalami dehidrasi, karena langsung layu daunnya rontok dan mati.
Hari terus berjalan, daun tanaman
cabe sudah berjumlah 4 lembar. Makin penasaran dengan hasil kerja gw. Kira-kira
bauh cabe berapa banyak ya…? hemm
Di hari ke-14, mulailah gw cicil untuk memindahkan setiap
tanaman cabe ke satu polibag, karena kalau kelamaan, nanti akar nya sudah
terlalu banyak dan susah dipindah. Hari minggu tanggal 28 September, gw
pindahkan 8 buah tanaman ke polibag, memastikan tanah media tanam terbasahi air
dingin sebelumnya.
Lanjut ke “Menanam Cabe (2)” untuk tahap berikutnya, usia
tanaman cabe 2 minggu hingga 2 bulan.